Imam Qurthubi
dalam tafsirnya (7/ 29) menafsirkan kalimat “keluarkanlah nyawa kamu,”
sesungguhnya ruh orang mukmin bersungguh-sungguh (aktif) hendak keluar berjumpa
Tuhannya. Ruh orang kafir sangat tersiksa apabila nyawanya dicabut. Ruh orang-orang
beriman akan berkurang rasa sakitnya ketika mendengar kabar gembira yang dibawa
oleh malaikat. Allah SWT. berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan
keyakinannya seraya berkata: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap teguh
di jalan yang benar, akan turunlah malaikat kepada mereka dari waktu ke waktu
(dengan memberi ilham). Janganlah kamu ragu (dari terjadinya kejadian yang
tidak baik terhadapmu) dan janganlah kamu berduka cita dan terimalah kabar
gembira bahwa kamu akan mendapatkan juga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS.
Fushilat/ 41: 30)
Begitulah keadaan
manusia apabila datang sakaratul maut. Tidak ada seorang pun bisa lari darinya.
Bagi orang beriman, keimanan akan mengurangi rasa sakit saat sakaratul maut.
Namun bagi orang-orang yang kufur, malaikat maut akan menyentak paksa keluar
ruhnya, karena ruh tersebut enggan untuk keluar. Walaupun banyak hadits yang
tidak sampai derajat shahih berkenaan dengan sakaratul maut, tapi ketahuilah
rasa sakit saat sakaratul maut itu benar adanya, sesuai perkataan Imam
Al-Qurthubi di atas. Benarkah
rasa sakit saat sakaratul maut itu teramat dahsyat? Kita dapat mengukurnya
dengan beberapa keterangan berikut:
- Diriwayatkan bahwa Allah menurunkan wahyu kepada nabi Ibrahim as.: “Wahai kekasih-Ku, bagaimana kamu merasakan kematian? Beliau menjawab: seperti panggangan daging di atas api. Di atasnya diletakkan bulu basah lalu menariknya. Kemudian Allah berfirman: wahai Ibrahim, Aku telah meringankanmu (dalam menghadapi sakaratul maut).” Namun ada kabar menggembirakan kita, bahwa menurut nabi Ibrahim as., orang-orang ahli ibadah akan didatangi oleh malaikat yang pakaiannya indah, sangat sopan dan amat ramah. Allah SWT. bertanya kepada nabi Musa as.: “Wahai Musa! Bagaimana engkau menemukan kematian? Musa menjawab: aku rasakan diriku bagaikan kambing hidup yang dikuliti oleh tukang jagal.”Nabi Isa as. berkata: “ Wahai kaum Hawariyyin, mohonlah kepada Allah agar kalian dipermudah dalam menghadapi sakaratul maut.” Menurut beliau, kematian itu lebih sakit daipada ketika badan dipotong memakai pedang, gergaji atau gunting.Ketika Rasulullah saw. terbaring sakit menjelang wafatnya, beliau meminta bejana berisi air dingin, lalu mencelupkan tangannya dan membasuh wajahnya dengan air itu. Tatkala rasa sakit beliau semakin bertambah, beliau berdoa: “Ya Allah tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul mautku.”
- Diceritakan oleh shahabat anas ra., bahwa nabi Muhammad saw. bersabda: “Seorang hamba akan merasakan kepayahan dalam menghadapi sakaratul maut. Dan sungguh, sendi-sendinya akan mengucapkan salam atas bagian yang lain. Ia berkata, keselamatan atasmu, engkau berpisah dariku dan aku memisahkan diri dari kamu sampai hari kiamat.” (HR. Abu Hurairah).
Juga dari Anas ra. bahwasanya
rasulullah saw. bersabda: “Malaikat memeluk hamba yang sedang menghadapi
sakaratul maut dan menahannya. Karena jika tidak demikian, ia akan lari dari
gurun dan daratan karena dahsyatnya sakaratul maut.”
Namun, bagi orang
yang dekat dengan Allah, rasa perihnya sakaratul maut itu akan terhiboleh rasa
rindu dengan Allah. Simaklah di antara janji Allah SWT.: “Yaitu orang-orang
yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan kepada
mereka: salamun alaikum, masuklah
kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl/
16: 32). Allah juga berfirman: “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira
di dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat.” (QS. Yunus/ 10: 60-62)
Terkait dahsyatnya
rasa sakit saat sakaratul maut, rasulullah saw. bersabda: “Kematian yang paling
ringan, ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap pada sehelai kain
sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta kain
sutera yang tersobek.” (HR. Bukhari)
- Shahabat Ka’ab al-Akhbar berpendapat: “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang, lalu seorang laki-laki menariknya dengan sekuat tenaga sehingga ranting-ranting pohon itu pun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.”Imam Ghazali mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdo’a kepada Allah SWT. agar Allah menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu, sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan idzin Allah, mereka tiba-tiba dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. ‘Wahai manusia…’ kata pria tersebut. ‘Apa yang kalian kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.’
Proses sakaratul maut bisa
memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam
ukuran detik seperti hitungan waktu dunia, ketika kita menyaksikan detik-detik
terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal At-Taturk contohnya, bapak
sekularisasi Turki yang mengganti Turki dari Negara bersyariat Islam menjadi
Negara sekuler ini, dikabarkan mengalami sakaratul maut selama enam bulan
(walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah
satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Terlepas dari betapa
dahsyatnya rasa sakit saat sakaratul maut, kita berkewajiban untuk
mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput, agar diri selamat dari siksa neraka.
Cukuplah bagi kita mengingat dan mengamalkan pesan-pesan beliau untuk selalu dzikrul
maut (ingat akan mati). Rasulullah saw. bersabda: “Perbanyaklah mengingat
sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (yakni kematian).” (HR.
Tirmidzi)
“Cukuplah kematian itu
sebagai penasihat.”(HR. Ath-Thabrani dan Baihaqy)
“Lakukanlah ziarah kubur
karena ia menginggatkan kepada kematian.” (HR. Muslim)
Kita
juga harus mempersiapkan amal, agar memiliki persiapan cukup saat dihisab oleh
Allah SWT. membuat kita tidak menyisakan waktu sedikitpun, kecuali untuk
beribadah, karena kita tahu tidak ada satupun amalan kita yang akan luput dari
pandangan Allah SWT.
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan hatinya. Dan Kami lebih
dekat kepadanya dari urat nadi lehernya. Ketika dua malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri,
tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf/ 50: 16-18)
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar