BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah suatu
interaksi antara individu dan lingkungan. Menurut Slameto (2003) “Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru dan lingkungan
sangat penting pengaruhnya terhadap pemerolehan siswa akan pelajaran yang
sedang dipelajarinya.
Media pendidikan sangat penting sekali
untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Oemar Hamalik (2004) dalam
teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap
perkembangan peserta didik. Menurut Oemar Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment)
sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah
laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari guru dan lingkungan?
2. Bagaimana peran guru dan lingkungan dalam
pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran serta mengetahui peran guru dan pembelajaran dalam
proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru dan Lingkungan
Guru
menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.”
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari).
Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus
Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada
istilah circle, area, surroundings,
sphere, domain, range, dan environment,
yang artinya hampir sama, berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada
di sekitar atau sekeliling.
Dalam
literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari
unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
B. Peran Guru
Para
pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang
harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri dan disiplin.
2.
Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai
factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran
peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu
menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu :
Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki
kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika
mempelajari materi standar.
3.
Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang
lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru
memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
·
Pertama,
guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai.
·
Kedua,
guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
·
Ketiga,
guru harus memaknai kegiatan belajar.
·
Keempat,
guru harus melaksanakan penilaian.
4.
Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004
yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan
penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan
yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5.
Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai
orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6.
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang
dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya
pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang
peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang
berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang
juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7.
Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang
besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi
ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan
bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan,
Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup
secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta
didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik
adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang
ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah.
Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
8.
Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang
pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan
ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa
dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan
cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.
Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi
kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9.
Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam
pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk
itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh
karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan
kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal
metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10.
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan
hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan
dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya
tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk
menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11.
Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh
dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang
direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara
pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini
guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur,
sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan
untuk menunjang fungsi ini.
12.
Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan
kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali
memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa
mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
13.
Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah
seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik
dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan
kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya
untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal
yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14.
Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal
diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan
keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya
dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu
diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan
cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu
sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan
tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan
masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang
nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan
mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di
masa mendatang.
15.
Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan
penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga
tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya,
dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor,
guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan
mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon
bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
16.
Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami
potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan
insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman,
pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image”
yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri.
Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang
dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali
menjadi pribadi yang percaya diri.
17.
Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan
konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi
penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.
18.
Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia
terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di
masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu
adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang
akan diawetkan.
19.
Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses
belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan
setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran
kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah
seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu
mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai
dengan perkembangan dan potensi anak didik.
C. Peran
Lingkungan
Semua lingkungan yang ada disekitar kita
bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Dari semua lingkungan yang dapat
digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat
dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial,
lingkungan alam dan lingkungan buatan.
a.
Lingkungan
Sosial
Lingkungan
sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan
kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata
pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama
dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan.
Dalam praktek pengajaran
penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai
dari lingkungan yang paling dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga,
rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik. Contoh :
Dalam pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa diberi tugas untuk mempelajari
aspek kependudukan di rukun tetangganya. Siswa diminta untuk mempelajari jumlah
penduduknya, jumlah keluarga, komposisi penduduk menurut umur, agama, mata
pencaharian, tingkat pendidikan, peserta KB, pertambahan penduduk dari tahun ke
tahun dan lain-lain. Dalam studi ini siswa menghubungi ketua RT dan bertanya
kepadanya, disamping melihat sendiri keadaan penduduk di RT tersebut. Hasilnya
dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dipelajari lebih lanjut. Melalui
kegiatan belajar seperti itu, siswa dapat lebih aktif dan lebih produktif sebab
ia mengerahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari
sumber-sumber yang nyata dan faktual.
b.
Lingkungan
Alam
Lingkungan Alam adalah segala
sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara,
musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air,
hutan, tanah, batu-batuan dan lain-lain). Aspek-aspek lingkungan alam
tersebut dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-cara
tertentu. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti
dalam lingkungan sosial, maka akan lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa
dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya.
Gejala lain yang dapat dipelajari
adalah kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti
erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan
sebagainya. Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat
lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam,
kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam
menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga
kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia. Contoh :
dalam pelajaran IPA, siswa diminta mempelajari lingkungan alam di tempat
tinggalnya. Siswa diminta mencatat dan mempelajari suhu udaara, jenis tumbuhan,
hewan, batu-batuan, kerusakan lingkungan, pencemaran dan lain-lain. Baik secara
individual maupun kelompok para siswa akam melakukan kegiatan belajar seperti
mengamati, bertanya kepada orang lain, membuktikan sendiri atau mencobanya.
Dari kegiatan tersebut siswa akan mendapatkan pelajaran yang tidak diperolehnya
di sekolah sehari-hari.
c.
Lingkungan
Buatan
Lingkungan yang ketiga
adalah lingkungan buatan. Kalau lingkungan alam bersifat alami, sedangkan
lingkungan buatan adalah lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun
manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Lingkungan buatan antara lain adalah irigasi atau pengairan, bendungan,
pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga
listrik. Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek
seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya,
serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan
masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan
berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah. Ketiga lingkungan
tersebut dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar-mengajar melalui
perencanaaan seksama oleh para guru bidang studi di luar jam pelajaran dalam
bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waaktu khusus yang sengaja disiapkan
pada akhir semester atau pertengahan semester. Ketika lingkungan ditempatkan
sebagai media atau sumber pada bidang studi yang relevan, maka akan memperkaya
materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang
studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Guru dan lingkungan merupakan faktor yang sangat ber peran
penting dalam menentukan kepribadian
anak. Guru sebagai pendidik menjadi panutan bagi peserta didik nya.
Pemanfaatan
lingkungan sebagai media pembelajaran lebih bermakna disebabkan para siswa
dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami,
sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan. Disamping itu, guru juga berharap siswa akan lebih akrab dengan
lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sadirman Arief. S, dkk , Media
Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan), Rajawali Pers,
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar